27.8.11

3 syarat jadi pengusaha

berbisnislah dengan hati
Ya, tiga syarat saja untuk jadi pengusaha. Itu yang saya sampaikan di acara talkshowWanita dan Wirausaha” yang digelar Kutukutubuku.com dalam rangka hari Kartini, Sabtu lalu di ITC Permata Hijau, Jakarta. Di hadapan para pelanggan toko buku online yang kebanyakan ibu-ibu muda itu saya memberikan contoh wanita yang sukses meniti gelombang kewirausahaan dari nol. Termasuk dalam contoh itu adalah Susi Pudjiastuti. Tiga dara pendiri Kutukutubuku.com — Ollie, Angel, dan Christine — juga termasuk yang saya jadikan contoh, meski mereka baru memulai bisnis ini setahun lalu.

Apa ketiga syarat itu?
Pertama: Berani meninggalkan zona nyaman.
Setiap orang selalu merindukan zona nyaman. Mereka setengah mati berusaha meraihnya. Dan setibanya di zona tersebut mereka istirahat dan menikmati kenyamanan. Sayangnya, sebagian besar tertidur di zona itu, tak mau bergerak, sehingga tanpa sadar zona itu lama-lama tidak nyaman dan bahkan cenderung berbahaya. Dan ketika sadar, ia tak mampu lagi keluar dari zona nyaman dan — apa boleh buat — ia terjabak di sana selamanya.
Salah satu zona nyaman yang berbahaya bagi karyawan adalah gaji atau pendapatan yang tetap. Sedangkan bagi pengusaha adalah penguasaan pasar atau kestabilan perusahaan.
Nah, mereka yang berbakat jadi pengusaha adalah mereka yang tidak terjebak dalam zona nyaman. Bahkan mereka cenderung mencari tantangan untuk menciptakan zona nyaman baru. Mereka berani bertarung di pasar. Mereka berani menjual harta yang dimilikinya untuk memulai usaha. Susi Pujiastuti, sang ekportir hasil laut terbesar di negeri ini misalnya, memodali sendiri bisnisnya dengan menjual anting-anting dan gelangnya seharga Rp 750 ribu. Saya sendiri sempat “menggadaikan” rumah dan menjual mobil ketika usaha saya sempat goncang di tengah jalan.
Sementara Ollie dan Angel berani meninggalkan zona aman sebagai karyawan dengan gaji tetap demi membesarkan toko buku onlinenya (Kutukutubuku.com), butik onlinenya (Heartyboutique.com) serta solusi toko onlinenya (TukuSolution.com). Contoh lain, Iim Fahima dan Adhitia Sofyan berani meninggalkan gaji mewahnya sebagai karyawan biro iklan tradisional dan masa depannya yang cerah di sana, untuk membangun konsultan komunikasi pemasaran online Virus Communications.
Ketika sudah jadi pun, mereka yang berjiwa pengusaha tidak berhenti. Mereka biasanya resah dan segera berusaha meninggalkan zona aman “bisnis sudah jadi”. Mereka terus berpacu untuk membesarkan usahanya. Uang mereka tidak dibiarkan menganggur di bank, reksanada dan sejenisnya. Mereka tumpahkan harta mereka untuk menciptakan peluang baru.
Kedua, Fokus.
Memang ada saja pengusaha yang sukses meski ia tidak fokus di bisnis terntentu. Meski demikian, setahu saya, lebih banyak pengusaha yang sukses karena fokus ketimbang yang kurang fokus. Bill Gates tutup mata bertahun-tahun sepanjang hidupnya hanya fokus di bisnis peranti lunak, dan dia menjadi orang terkaya di dunia13 tahun berturut-turut. Susi Pudjiastuti yang setiap hari bergelut dengan ikan, kini jadi eksportir hasil laut terbesar. Sebaliknya, kebanyakan konglomerat yang masuk ke sana ke mari, bahkan membuat bank ketika boom bisnis finasial 1980-an, akhirnya terpuruk dan jadi pasien BPPN.
Fokus itu bertahun-tahun. Bukan cuma beberapa tahun. Apalagi beberapa bulan. Maka fokus di sini adalah fokus yang butuh kesadaran dan penuh passion.
Ketiga, Determinasi.
Pengusaha itu jatuh sekali, bangun dua kali. Jatuh dua kali, bangun tiga kali. Jatuh sepuluh kali, bangun sebelas kali, dan seterusnya. Sama seperti laba-laba membangun sarangnya. Ia terus menerus merajut sarang. Meski kena angin dan jatuh, ia kembali lagi meneruskan sarangnya agar jadi utuh. Jatuh lagi pun, ia kembali lagi. Seperti tak kenal lelah. Tak kenal kecewa. Tak kenal putusasa. Tak kenal mengeluh.
Mereka punya determinasi.

Tidak ada komentar: